"Al-Qur-an Pemberi Syafaat
عَنْ سَعِيْد بْنِ سُلَيمٍ رضي الله عنهُ مُرْسَلاً قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ شَفِيْعٍ اَفْضَلُ مَنْزِلَةً عِنْدَاللهِ يَوْمَ القِيَامَوِ مِنَ القُرْآنِ لَا نَبِيٌّ وَلَا مَلَكٌ وَلَا غَيْرُهُ. (قال العراقي رواه عبد الملك بن حبيسب كذا في شرح الأحياء).
Dari Sa’id bin Sulaim r.a. secara mursal bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pemberi syafaat (penolong) yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada al Qur’an. Bukan Nabi, bukan malaikat, dan bukan pula yang lain.”(Hr. Abdul Malik bin Habib Syarah Ihya)
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa al Qur’an adalah pemberi syafaat yang syafaatnya pasti dikabulkan Allah Swt..Semoga Allah dengan kemulian-Nya menjadikan al Qur’an sebagai syafaat bagi kita, bukan sebagai penuntut atau penentang kita. Al Bazzar rah.a. meriwayatkan dalam kitab La’aali Mashnu’ah bahwa jika seseorang meninggal dunia, sementara dirimahnya orang-orang sibuk menyediakan kain kafan dan persiapat pengebumian, tiba-tiba ada seseorang yang sangat tampan berdiri dikepala si mayit. Ketika kain kafan mulai dikenakan, ia berada diantara dada dan kain kafan itu. Ketika sudah dikuburkan dan orang-orang mulai meninggalkannya, datanglah dua malaikat, yaitu Munkar dan Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan proses Tanya jawab. Namun orang tampan itu berkata, “Orang ini adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun, aku tidak bisa meningalkannya. Jika kalian ditugaskan menanyainya, lakukanlah tugas kalian. Aku tidak akan berpisah dengannya sehingga ia dimasukkan ke dalam Surga.” Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata, “Aku adalah al Qur’an yang telah engkau baca kadangkala dengan suara keras dan kadangkala dengan perlahan. Jangan khawatir, setelah menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini engkau tidak akan lagi mengalami kesulitan.” Setelah para malaikat itu selesai member paetanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. Semoga Allah dengan karunia-Nya menganugerahkan hal itu kepada kita.
Pembaca Al-Qur-an Menyimpan Ilmu
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَرَأ القُرآنَ فَقَدِ اسْتَدْرَجَ النُّبُوَّةَ بَيْنَ جَنْبيْهِ غَيْرَ اَنَهُ لَا يُوْحى اِلَيهِ لَا يَنْبَغِىْ لِصَاحِبِ القُرآنِ اَنْ يَجِدَ مَعَ مَنْ وَجَدَ وَلَا يَجْهَلَ مَعَ مَنْ جَهِلَ وَفيْ جَوْفِه كَلَامُ اللهِ. (رواه الحاكم وقال صحيح الأسناد).
Dari Abdullah bin Amr r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca al Qur’an, maka ia telah menyimpan ilmu kenabian diantara kedua lambungnya, sekalipun wahyu tidak diturunkankepadanya. Tidak pantas bagi hafizh al Qur’an memarahi seorang pemarah dan bertindak bodoh terhadap orang bodoh, sedang al Qur’an berada dalam dadanya.”(Hakim ~ at Targhib)
Disebabkan wahyu kepada Nabi saw. telah terhenti, maka dengan demikian wahyu tidak akan turun lagi. Tetapi karena al Qur’an adalah Kalamullah yang suci, maka tidak menutup kemungkinan ilmu Nubuwwah belum tertutup. Orang yang telah memperoleh ilmuNubuwwah, sangat penting baginya untuk menunjukan akhlak mulia dan menjauhi akhlak yang buruk. Fudhail bin ‘Iyadh rah.a.berkata, “Seorang hafizh al Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Sangat tidak pantas baginya bercampur gaul dengan ahli maksiat dan orang-orang yang berbuat lalai atau tidak berguna.”
Al-Qur-an Sumber Ketenangan
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْهًما قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاَثَةٌ لَا يَهُوْلُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَلَا يَنَالهُمُ الحِسَابُ هُمْ عَلى كَثِيبٍ مِنْ مِسكٍ حَتَّى يُفْرَغَ مِنْ حِسَابِ الخَلائِقِ رَجُلٌ قَرأَ القُرآنَ ابْتِغَآْءَ وَجْهِ اللهِ وَاَمَّ قَوْماً وَهُمْ بِهِ رَاضُوْنَ وَدَاعٍ يَدْعُوْنَ إلى الصَّلواتِ ابْتِغآء وجْهِ اللهِ وَرَجُلٌ اَحْسَنَ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَوَالِيهِ. (رواه الطبراني في معاجم الثلاثة).
Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tiga orang yang tidak akan mengalami ketakutan pada hari yang sangat menakutkan dan mereka tidak akan dihisab, mereka berada diatas tumpukan kasturi hingga selesai hisab terhadap semua manusia: (1) Seseorang yang membaca al Qur’an semata-mata mengharap ridha allah, dan ia mengimami suatu kaum sedang mereka menyukainya; (2) Da’I yang mengajak shalat semata-mata mengharap ridha Allah Swt.; (3) Orang yang menjaga hubungan baik antara ia dengan tuannya dan antara ia dengan bawahannya.”(Hr. Thabrani ` al Mu’jamuts Tsalatsah).
Adakah seorang muslim yang tidak menyadari, bahkan tidak memikirkan tentang kehebatan, kesedihan, kengerian, bencana, dan kesusahan hari Kiamat? Jika ada sesuatu yang dapat membuat kita tenang dari bencana hari Kiamat, maka hal itu lebih berharga daripada beribu-ribu kenikmatan dan berjuta-juta kesenangan. Sungguh ia telah mendapat kebahagiaan yang sangat besar apabila ketenangan itu ditambah dengan kegembiraan dan kesenangan.
Sungguh celaka dan merugi orang yang mengira bahwa membaca al Qur’an adalah perbuatan sia-sia dan membuang-buang waktu. Tertulis dalam Mu’jiam al Kabir bahwa perawi pertama dalam hadits di atas ialah Abdullah bin Umar r.huma. yang ia mengatakan, “Apabila aku tidak mendengar hadits ini dari Rasulullah saw. sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, (diulang sampai 7 kali), maka aku tidak akan meriwayatkannya.”
Keutamaan mempelajari ayat
عَنْ اَبيْ ذَرٍ رَضِى اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلمَ: يَا اَبَا ذَرّ ٍ لَاَنْ تَغْدُ وَفَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ تُصَلي مِائَةَ رَكْعةٍ وَلَاَنْ تَغْدُوَ وَتَعَلَّمَ باباً مِنَ الِعلمِ عُمِلَ بِهِ اَوَ لَمْ يُعْمَلُ بِهِ خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلّي الفَ رَكْعةٍ. (رواه ابن ماجه باسناد حسن).
Dari Dzar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya kepergianmu padapagi hari untuk mempelajari satu ayat dari kitab Allah itu lebih baik bagimu dari pada kamu Shalat seratus rakaat. Dan sesungguhnya kepergianmu pada pagi hari untuk mempelajari satu bab dari ilmu, baik diamalkan atau tidak, itu lebih baik bagimu daripada shalat seribu rakaat.”(Hr. Ibnu Majah)
Banyak riwayat hadits yang menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu lebih utama dari pada ibadah. Selain hadits diatas, masih banyak hadits lainnya mengenai keutamaan menuntut ilmu yang tidak dapat dijelaskan seluruhnya disini. Di antaranya ialah sabda Nabi saw., “Keutamaan seseorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku terhadap orang yang paling rendah diantara kalian.” Sabda beliau lainnya, “Satu orang alim lebih berat bagi syetan daripada seribu orang ahli ibadah
Dijauhkan dari golongan yang lalai
عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ عَشْرَ ايَاتٍ فيِ لَيْلَةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الغَافِلِيْنَ. (رواه الحاكم وقال صحيح).
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka pada ia tidak akan dicatat dalam golongan orang-orang yang lalai.”(Hr. Hakim, shalih menurut syarat Muslim).
Pahala Al-Qur'an
عَنْ اَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَفَظَ على هؤلَآءِ الصَّلواتِ المَكْتُوْبَاتِ لَمْ يُكتَبْ مِنَ الغَافِلِيْنَ وَمَنْ قَرَاْءَ فيِ لَيْلَةٍ مِائَةَ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ القَانِتِيْنَ. (رواه ابن خزيمه في صحيحه والحاكم وقال صحيح على شرطها).
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menjaga shalat-shalat fardhu, maka tidak akan dicatat dalam golongan orang-orang yang lalai. Dan barangsiapa membaca seratus ayat pada malam hari, maka ia akan dicatat dalam golongan orang-orang yang taat.”(Hr. Ibnu Khuzaimah, Hakim, Shahih menurut syarat Bukhari Muslim).
Hasan Basri rah.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca seratus ayat al Qur’an pada malam hari, maka ia akan diselamatkan dari tuntutan al Qur’an. Barangsiapa membaca dua ratus ayat, maka akan mendapat pahala ibadah sehari semalam dan barangsiapa membaca lima ratus sampai seribu ayat, maka akan mendapatkan satu qinthar.” Sahabat bertanya, “Apakah qinthar itu?” beliau bersabda, “senilai 12.000 (dirham atau dinar).”
Al-Qur'an Menjauhkan dari Fitnah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضى الله عنهُما قال: نَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ عَلى رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَاَخْبَرَهُ اَنَّهُ سَتَكَونُ فِتَنٌ، قَالَ فَمَا الُمُخْرَجُ مِنْها يَا جِبْرِيْلُ قَالَ كِتَابُ اللهِ. (رواه رزين كذا في الرحمة المهداة).
Dari Ibnu Abbas r.a., ketika Jibril mengabarkan kepada Nabi saw. Bahwa akan terjadi banyak fitnah. Beliau bertanya, ‘Apakah jalan keluar darinya, wahai Jibril?’ Jawab Jibril, “Kitabullah.” (Razin – Ar Rahmatul Muhdah)
Mengamalkan isi al Qur’an akan menjauhkan diri kita dari fitnah, dan keberkahan dari membacanya dapat menyelamatkan kita dari fitnah. Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits ke-22, bahwa rumah yang didalamnya dibacakan al Qur’an, maka sakinah dan rahmat akan turun kedalam rumah itu, dan syetan-syetan akan keluar dari rumah itu.
Para ulama menafsirkan bahwa maksud fitnah di sini adalah kemunculan Dajjal, kekejaman bangsa Tartar, dan lain-lain. Alikaramallahu wajhah juga meriwayatkan hadits seperti itu dengan panjang lebar. Ali r.a, memerintahkan bahwa Nabi Yahya a.s.berkata kepada Bani Israil, “Allah telah memerintahkan kalian agar membaca kalam-Nya. Dan perumpamaannya adalah seperti suatu kaum yang terpelihara dalam bentengnya, sehingga dari manapun musuh menyerang, maka kalian akan dapati kalimat Allah sebagai penjaga dan pelindung dari mereka.”
40 Hadits Fadilah Al Qur'an
copyright @PeM Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar