Rabu, 28 September 2016

Fadhilah Al Qur'an 4

Bau Kasturi dari Al-Qur'an

عَنْ اَبيِ هُرَيْرةَ رَضِيَ اللهُ عنهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صلى الله عليهِ وَسَلَّمَ تَعَلَّموا القرآنَ فأقرؤهُ فاِنَّ مَثَلَ القُرآنِ لمِنْ تَعَلمَ فَقَرأ وَقَامَ بِهِ كَمَثلِ جِرابٍ مَحْشُوٍّ مِسْكاً تَفُوْحُ رِيْحُهُ كُلَّ مَكَانٍ وَمَثَلُ مَنْ تَعَلَّمَهُ فَرَقَدَ وَهُوَ فيِ جَوفِه كَمَثلِ جِرابِ اُوْكيَ على مِسْكٍ. (رواه الترمذي والنسائي وابن ماجه وابن حبان)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pelajarilah al Qur’an dan bacalah ia, karena sesungguhnya perumpamaan al Qur’an bagi orang yang mempelajarinya, lalu membacanya dan mengamalkanny adalah seperti sebuah wadah terbuka yang penuh dengan kasturi, wanginya semerbak menyebar keseluruh tempat. Dan perumpamaan orang yang belajar al Qur’an, tetapi ia tidur sementara al Qur’an berada di dalam hatinya adalah seperti sebuah wadah ayng penuh dengan kasturi tetapi tertutup.” (Hr. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban)

Apabila seseorang belajar al Qur’an dan menghafalnya, kemudian terus menerus membacanya dalam shalat tahajjud, maka keadaannya bagai botol kasturi yang terbuka tutupnya sehingga semerbak harumnya memenuhi rumah itu. Dalam keadaan yang sama, seluruh rumah juga akan dipenuhi dengan nur dan keberkahan disebabkan bacaan al Qur’an seorang hafizh. Apabila seorang hafizh itu tidur dan tidak membaca al Qur’an karena lalai, maka al Qur’an yang ada didalam hatinya masih tetap semerbak bagaikan kasturi. Tetapi karena kelalaiannya, nur dan keberkahan itu akan terhalang dan tidak menyebar kepada orang lain. Meskipun demikian, dalam hatinya masih terdapat kasturi dari al Qur’an.

Rumah Kosong tanpa Al-Qur'an

عَن ابِي عَبٌاسٍ رَضَيِ اللٌهُ عَنُهمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ اِنَ الٌذِي لَيسَ فيِ جَوفِه شَي مِنَ القُرانِ كَالَبيتِ الخَرِبِ. (رواه الترمذي وقال هذا حديث صحيح ورواه الدارمي والحاكم وصححه)

Dari Abdullah bin Abbas r. huma. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang yang tida ada sedikitpun al Qur’an dalam hatinya adalah seperti rumah kosong.” (Hr. Tirmidzi)

Perumpamaan rumah kosong itu mengandung maksud yang halus, sebagaimana ungkapan peribahasa, “Otak manusia yang tidak bekerja adalah tempat syetan bekerja.” Demikian juga hati yang kosong dari kalamullah akan banyak dipengaruhi oleh syetan. Hadits diatas menyatakan betapa penting menghafal al Qur’an, sehingga hati yang tidak menyimpankalamullah telah diumpamakan seperti rumah kosong. Abu Hurairah r.a. berkata, “Rumah yang didalamnya terdapat bacaan al Qur’an, maka keluarga serta kerabatnya akan bertambah dan keberkahan serta kebaikan akan memenuhi ahli rumah tersebut. Malaikat akan turun memenuhi rumah itu, dan syetan akan keluar darinya. Sebaliknya rumah yang tidak dibacakan al Qur’an, maka akan diliputi oleh kesempitan dan ketidakberkahan, malaikat akan keluar dari rumah itu, dan syetan akan memenuhi rumah itu.”

Al-Qur'an Adalah Dzikir Utama

عَن عَائِشَةَ رَضي اللٌهُ عَنُهَا اَنٌ النٌبِيَ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهَ وَسَلَمَ قَالَ قَرِاءَةُ القُرانِ فيِ الصَلآةِ اَفضَلُ مِن قِرَاءَةِ القُرآنِ فيِ غَيرِ الصَلآةِ وَقَرِاءَةُ القُرانِ فيِ غَيرِ الصَلآةِ اَفضَلُ مِنَ الٌتَسبِيحِ وَ التٌكبِيرِ وَ التٌسبِيحُ اَفضَلُ مِنَ الصَدَقَةَ وَ الصٌدَقَةُ اَفضَلُ مِنَ الصَومِ وَالصٌوَمُ جُنٌةٌ مِنَ النٌاَرِ . (رواه البيهقي في شعب الإيمان)

Dari Aisyah r.ha. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Membaca al Qur’an di dalam shalat lebih utama daripada membaca al Qur’an di luar shalat, membaca al Qur’an diluar shalat lebih utama daripada tasbih dan takbir, tasbih lebih utama daripada sedekah, sedekah lebih utama daripada shaum, dan shaum adalah perisai dari api neraka.” (Hr. Baihaqi- Syu’abul Iman)

Jelaslah, bahwa membaca al Qur’an itu lebih baik daripada dzikir, sebab al Qur’an adalah kallamullahTelah disebutkan sebelumnya bahwa keutamaan kalamullahdibandingkan kalam yang lain adalah seumpama keutamaan Allah diatas seluruh makhluk-Nya. Mengenai keutamaan dzikir daripada sedekah juga telah disebutkan dalam hadits lain. Tetapi keutamaan sedekah daripada shaum dalam hadits diatas seolah-olah bertentangan dengan hadits-hadits mengenai keutamaan shaum. Perbedaan ini adalah bergantung pada keadaan tertentu. Pada sebagian keadaan, shaum dapat lebih utama daripada sedekah atau sebaliknya. Juga bergantung pada perbedaan kondisi seseorang, karena boleh jadi bagi sebagian orang, shaum itu lebih utama.

Dalam hadits di atas shaum disebutkan pada urutan terakhir dibanding amal-amal lainnya. Apabila shaum saja dapat menjadi penghalang api neraka, maka bagaimanakah dengan tilawat al Qur’an yang ditempatkan pada urutan pertama?

Pengarang kitab Ihya meriwayatkan dari Ali r.a. bahwa jika seseorang membaca al Qur’an dalam shalat sambil berdiri, maka setiap hurufnya berpahala seratus kebaikan; jika pembacanya dalam shalat sambil duduk, maka dari setiap hurufnya mendapat lima puluh kebaikan; jika membacanya diluar shalat dalam keadaan berwudhu, maka dari setiap hurufnya berpahala dua puluh lima kebaikan; jika membacanya tanpa wudhu, maka dari setiap hurufnya sepuluh kebaikan; dan jika seseorang tidak membaca al Qur’an orang lain dengan tawajuh, maka dari setiap huruf yang didengarkanya berpala satu kebaikan.

Keutamaan Al-Qur'an Dalam Sholat

عَن اَبِي هُرَيرَةَ رَضيِ اللٌهُ عَنهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلُي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلَمَ اَيحُبُ اَحَدُكُم اِذَا رضجَعَ اِلي اَهلِه اَن يَجدَفِهِ ثَلآثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانِ قُلنَا نَعَم قَالَ فَثَلآثُ ايَاتٍ يَقُراُبِهِنٌ اَحَدُكُو فِي صَلآته خَيرٌلَه مِن ثَلآثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ. (رواه مسلم).

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bertanya kepada kami, “Sukakah salah seorang diantara kalian apabila kembali ke rumahnya mendapati tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” Kami menjawab, “Tentu kami menyukainya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tiga potong ayat yang kamu baca dalam shalat adalah lebih utama daripada tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” (Hr. Muslim)

Inti hadits ini sama dengan hadits ke-3 yang lalu. Hadits ini kembali menegaskan bahwa al Qur’an yang dibaca ketika shalat adalah lebih baik daripada yang dibaca di luar shalat, sehingga hal itu dibandingkan dengan unta betina yang hamil, karena padanya tedapat dua hal, yaitu: unta betina kehamilannya, sebagaimana yang telah saya sebutkan dalam hadits ke-3 tentang dua macam ibadah, yaitu: shalat dan tilawah. Hadits seperti ini sekadar perbandingan, karena walau bagaimanapun pahala membaca satu ayat al Qur’an pasti lebih utama daripada ribuan unta betina yang bersifat fana.

Pahala Penghafal Al-Qur'an

عَن عُثمَانَ بنِ عَبدِ اللٌهِ بنِ اَوسِ الثٌقَفيِ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُ عَن جَدٌهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَي اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ قِراَءةُ الٌرَجُلِ القُرانَ فيِ غَيرش الُصحَفِ ألفُ دَرَجَةٍ وَقِرَاَءتُه فيِ الصُحَفِ تَضُعَفُ عَلى ذَالِكَ اِل ألفَي دَرَجَةٍ. (رواه البيهقي في شعب الإيمان)

Dari Utsman bin Abdullah bin Aus ats Tsaqafi r.a. dari kakeknya, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bacaan al Qur’an seseorang tanpa melihat mushaf adalah seribu derajat (pahalanya), dan bacaannya dengan melihat mushaf adalah dilipatkan sampai dua ribu derajat.” (Hr. Baihaqi-Syu’abul Iman)

Berbagai keutamaan menghafal al Qur’an telah dijelaskan sebelumnya. Dan hadits diatas adalah menyebutkan tentang keutamaan membaca al Qur’an dengan melihat. Membaca al Qur’an dengan melihat mushaf al Qur’an, selain menambah konsentrasi dan pemikiran, masih banyak lagi keutamaannya dari segala ibadah, seperti al Qur’an, memegang al Qur’an dan sebagainya. Oleh karena itulah dikatakan bahwa membaca al Qur’an dengan melihat mushaf adalah lebih utama.

Pernyataan hadits diatas adalah menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan alim ulama. Manakah yang lebih utama, orang yang membaca al Qur’an dengan hafalan atau yang membacanya dengan melihat mushaf? Berdasarkan hadits diatas, sebagian ulama berpendapat bahwa membaca al Qur’an dengan melihat mushaf adalah lebih utama, karena mata akan selalu melihat al Qur’an, sehingga terhindar dari kesalahan dalam pembacaan. Sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa membaca al Qur’an melalui hafalan itu lebih utama, karena akan lebih khusyu’ dan dapat terhindar dari sifat riya, dan itu adalah kebiasaan Rasulullahsaw… Imam Nawawi rah.a. menyatakan kedua-duanya adalah baik dan ulama, bergantung pada keadaan si pembaca. Sebagian orang ada yang lebih konsentrasi jika membacanya dengan melihat mushaf, dan sebagian lainnya merasa lebih konsentrasi jika membacanya dengan hafalan. Hafizh Ibnu Hajar rah.a.menulis dalam Fathul-Bari bahwa penjelasan itulah yang dia setujui.

Diceritakan bahwa karena begitu seringnya Utsman r.a. membaca al Qur’an, maka dua mushaf al Qur’an telah sobek. Amr bin Maimun meriwayatkan dalam Syarh Ihyabahwa seseorang yang membuka al Qur’an setelah shalat Shubuh dan membacanya seratus ayat, maka akan ditulis baginya pahala seisi dunia ini. Disebutkan juga bahwa membaca al Qur’an dengan melihat mushaf sangat bermanfaat bagi penglihatan. Diriwayatkan dari Abu Ubaidah r.a. sebuah hadits musalsal yang setiap perawinya berkata bahwa mereka mengalami gangguan penglihatan. Lalu guru-guru mereka menasihati agar selalu membaca al Qur’an dengan melihatnya.

Al-Qur'an Memurnikan Hati

عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ.(رواه البيهقي في شعب الإيمان

Dari Abdullah bin Umar r. huma. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah saw. bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca al Qur’an.” (Hr. Baihaqi)

Banyak berbuat dosa dan lalai dari dzikrullah menyebabkan hati berkarat seperti berkaratnya besi bila terkrna air. Dengan memperbanyak membaca al Qur’an dan mengingat maut, hati akan menjadi bersinar kembali. Hati itu bagaikan cermin, semakin kotor cermin itu maka semakin redup sinarma’rifat yang dipantulkannya. Sebaliknya, semakin bersih cermin itu, semakin terang pantulan sinar ma’rifatnya. Oleh karena itu, barangsiapa terperosok kedalam godaan nafsu maksiat dan tipu daya syetan, maka akan terjauhlah dari ma’rifatullah. Untuk membersihkan hati yang kotor, para ulamasuluk (tasawuf) menganjurkan agar melakukanmujahadah dalam riyadhah, dzikrullah, dan beribadah.

Disebutkan dalam beberapa hadits bahwa ika seseorang hamba berbuat dosa, maka muncullah satu titik hitam di hatinya. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat, maka akan muncul titik hitam lainnya, dan demikianlah seterusnya. Jika dosa yang telah dilakukannya begitu banyak, maka hati akan menjadi hitam sehingga hilangnya keinginannya terhadap kebaikan. Bahkan hati selalu condong ke arah kejahatan. Semoga Allah menjaga diri kita dari hal yang demikian. Al Qur’an telah menyebutkan tentang hal ini dalam ayat: “Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Qs. Al Muthaffifin [83] : 14)

Rasulullah saw. bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua nasihat, yang satu berbicara, dan yang lain diam. Yang berbicara adalah al Qur’an dan yang diam adalah mengingat maut.” Nasihat-nasihat beliau itu akan bernilai bagi mereka yang siap menerima dan menganggapnya penting. Sedangkan bagi mereka yang menilai bahwa agama itu tidak berharga dan hanya menghalangi kemajuan, tentu ia tidak akan mempedulikan nasihat tersebut, apalagi mengamalkannya.

Hasan bashri rah.a. berkata, “orang-orang dahulu memahami al Qur’an itu sebagai firman Allah. Sepanjang malam mereka sibuk bertafakkur dan bertadabbur terhadap al Qur’an (memikirkan isi kandungan al Qur’an), dan sepanjang harinya mereka sibuk mengamalkannya. Sedangkan kalian hanya memperlihatkan huruf, fathah, dan dhamahnya, tanpa menganggapnya sebagai firman Allah, sehingga tidak pernah mentafakkuri dan mentadabburinya.”

40 Hadits Fadilah Al Qur'an
copyright @PeM Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar